Clara's Medal di Obrolan #Twitteriak

Penulis Feby Indirani diundang ngobrol di program TWITTERIAK seputar arti menulis, proses kreatif, dan tentu saja novel terbarunya: Clara’s Medal. Berikut kutipan isi obrolannya.




Scriptozoid!: Sekarang terkait buku baru Feby: Clara’s Medal. Gimana ceritanya sampai nulis Clara’s Medal ini?
Feby Indirani: Ditawarin grup penerbit Mizan, karena ada teman yang rekomendasikan aku ke mereka, sama si teman ini belum pernah tatap muka.

Scriptozoid!: Kenapa memilih setting Olimpiade Fisika yang notabene ‘nerdy’ dan tahu banyak tentang alur Olimpiade Fisika dari siapa?
Feby Indirani: Sependek pengetahuan saya, tema Olimpiade Fisika jarang/belum pernah diangkat ke novel. Kalau baca Clara’s Medal, remaja yang terlibat di Olimpiade Fisika gak selalu nerdy, bisa seperti remaja lainnya juga. Tahu banyak tentang olimpiade Fisika dari riset, wawancara ke pembina, peserta/mantan peserta, membaca. Riset, riset, riset :)

Scriptozoid!: Karena diangkat dari kisah nyata, adakah kesulitan waktu menulis cerita Clara’s Medal ini?
Feby Indirani: Kesulitannya: membuat tema fisika jadi ngepop dan menulis dari perspektif pelajar SMA tapi tetap bisa dibaca semua usia. Padahal saya gak ngerti Fisika dan sudah lama gak merasakan jadi siswa SMA :) )

Scriptozoid!: Hahaha… betul. Feby pernah mengakui payah soal hitung-hitungan juga ya. Tapi gimana mengatasinya waktu menulis Clara’s Medal?
Feby Indirani: Betul. Saya payah banget hitung-hitungan. Fisika bukan pelajaran favorit saya. Waktu nulis Clara’s Medal jadi baca-baca buku Fisika. Dan beruntung, saya punya konsultan seorang fisikawan yang bersedia membaca dan kasih masukan ke naskah Clara’s Medal.


Scriptozoid!: Apa pesan yang ingin disampaikan Clara’s Medal?
Feby Indirani: Pertama, mencapai impian dan percaya seMesta menduKung. Sudah banyak yang mendengungkan, saya senang menjadi bagian darinya. Kerap dalam hidup, kita memang mesti melompat saja, percaya jaring-jaring pengaman siap menangkap kita. Kita tidak akan jatuh. Ketika kita bergerak, semesta juga bergerak. Ingat batu yang dilempar ke air pasti menimbulkan pusaran riak. Elemen semesta beresonansi dengan kehendak kita. Kedua, mencapai kemenangan itu penting, tapi hidup tak hanya tentang menang-kalah, tak hanya soal medali Olimpiade. Alangkah berbahaya orang-orang yang hanya peduli tentang ‘menang’. Mereka bisa jadi orang-orang instan yang menghalalkan segala cara. Di Clara’s Medal, ada kemenangan yang lebih besar dari medali. “Winning is a journey, not a destination.”

Scriptozoid!: Hebat sekali isi pesan bukunya. Tapi Feby sendiri meyakini ‘mestakung’ Prof Yohanes Surya?
Feby Indirani: Saya percaya Mestakung, tp saya juga sadar gak mudah utk displin menerapkan hukum-hukum Mestakung setiap waktu. Arus dunia ini deras banget, begitu banyak berita dan energi negatif yang bisa melemahkan kita. Jadi sampai sekarang saya masih terus belajar dan jadi ‘murid’ dari hukum Mestakung.

Scriptozoid!: Sebagai pembaca, Mestakung tentu bukan hal yang baru sebetulnya. Apa pendapat Feby?
Feby Indirani: Kita kenal The Secret, buku-buku Law of Attraction, Alchemist Paulo Coelho, saya membaca semua buku itu. Keunikan Mestakung adalah menjelaskan prinsip semesta dengan fenomena Fisika. Contoh-contohnya bisa ditemukan dalam novel Clara’s Medal.

Penasaran ingin baca isi wawancara selengkapnya, silakan saja meluncur ke Twitteriak

0 comments:

Post a Comment